Ini adalah cerita tentang mengunjungi Gili Trawangan dengan kapal kecil. Ada apa di sini? Susah menjelaskannya,
“tidak sama seperti yang kamu bayangkan”, itu perjelasan yang paling tepat
kayaknya. Pantai yang masih bening dan biru, ditambah pasir yang bersih dan blue coral, yang katanya hanya ada di
sini dan di Karibia (uh wow!) yang sayangnya meskipun aku sudah snorkling setengah hari, aku kurang
beruntung karena airnya pasang, jadi nggak terlihat blue coralnya.
Selain snorkling, aku juga menghabiskan waktu dengan berkeliling pulau ini
dengan sepeda. Bersepeda di siang hari dan hanya memakai topi? Serasa bule
banget, dan betul-betul membakar kulit! Mengayuh sepeda dengan penuh
perjuangan, melewati jalan yang masihh setengah aspal, berbatu, dan berpasir.
Dan sekedar informasi aja, di pulau ini sama sekali nggak ada kendaraan
berbahan bakar. Pilihannya hanya ada 2 macam, mengayuh sepeda atau naik andong
kalau mau mengangkut koper untuk menginap. Berhubung aku nggak menginap di
pulau ini, jadi aku nggak bisa cerita bagaimana suasananya di malam hari. Tapi,
setahuku sih, nggak ada yang murah di sini, karena semua harganya sudah dalam
“standar turis”. Mau beli air mineral 1,5 liter? Ada, tapi dengan harga 10ribu
sebotol, sepertinya sih sudah ditambah ongkos kirim dari Lombok ke Gili
Trawangan via kapal.
Tentu saja, semua itu terbayarkan! I loveeeee Gili Trawangan!!! Perjalanan pulang pun nggak kerasa, aku naik kapal terakhir buat balik ke Lombok. Dan selanjutnya? Tidur tergeletak karena kepanasan dan kecapekan berlebih. Hahahaha!
Jangan pulang sebelum coba snorkling di sini |
Pemandangan indah memanjakan mata sepanjang berkeliling pulau dengan sepeda |
Hari berikutnya dengan rencana agak nggak jelas dan entah juga mau kemana,
akhirnya kami memutuskan buat check out
dan mengubah rencana perjalanan. Berhubung nggak ada tempat yang pengen kita
kunjungi lagi, jadilah kita memperpendek liburan di Lombok jadi cuman 3 hari 2
malem, dan sepakat habisin semalem lagi di Bali (Kuta Square getoo loh!). Padahal sebenernya ada beberapa tempat
yang menarik lho, kayak rumah asli orang Lombok dan suku aslinya, sama pantai
yang pasirnya segede merica. Tapi jangan tanya aku ya, soalnya aku juga nggak
sempet ke sana. Hihihi.
Hari terakhir di Lombok, kita pergi ke Suranadi, yang katanya temen adik
(dimana notabene dia adalah warga Lombok asli) bilang dengan yakin ada kolam
bagus buat didatengin. Jadilah kita ke Suranadi. Dan setelah sampai, yang ada
bukan kolam kuno ataupun kolam yang “oke” buat objek foto-foto narsis. Tapi ini
adalah kolam renang saudara-saudara *mungkin aku datang di tempat yang salah*
Jadilah akhirnya kita cuma makan sate di Suranadi. Kalau satenya sih memang
enak dan agak aneh. Ada sate ayam, sate daging, sate jeroan, tinggal pilih,
dibakar, dikasi saos. Ada berpuluh-puluh orang yang jualan sate di sini. Karena
penasaran, aku sampe nyobain makan sate di 3 tempat yang beda loh! Dan
ternyata, rasanya sama aja tuh, nggak beda-beda banget, mirip franchise. Ada 1 orang yang buat, yang
lainnya ambil buat dijual. Ada 1 stan yang rameeee banget, tapi ya tetep aja,
rasanya mirip! Yang beda cuma di stan ini nyedain kecap manis. Udah. Lainnya sama
aja. Sebelum meninggalkan Lombok buat mengarungi lautan lagi, kita mampir di
Mataram, dan belanja suvenir di pasarnya, yang mirip kayak pasar klewer Jogja,
atau Sukawati di Bali. Sekedar tips buat yang mau naik feri, lebih baik naiknya
di siang hari daripada di sore hari, ombaknya jauh lebih menakutkan dan kapal
jadi lebih terasa miring-miring kena ombak waktu malam. Jadi, siap untuk meng
eksplor Lombok? Aku sih masih pingin pergi ke Gili Trawangan dan Gili-Gili yang
lain, asal nggak pake 6 jam feri lagi. Hahahaha! (mel.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar