Minggu, 03 Agustus 2014

A Random Topic about My Future


It has been almost 4 years we spending time together. Me and this guy, a.k.a my boyfriend. Selama itu ngapain aja? Sejujurnya, nggak ada hal romantis, atau manja-manja an, dsb.dsb. Telponan tiap hari kayak orang pacaran? Oooh, nggak, nggak pernah. Telpon cuman ngomong "Ayo, cepet keluar, aku udah di depan" (edisi nunggu aku keluar dari kos). Chatting dari pagi sampe mau tidur? Ooo, tidak, chat seperlunya (malah kalau bisa si kayaknya kalo nggak ada perlu, nggak usah chat, a lilbit annoyed him to repply lotta messages). Kencan di malam minggu? Oooh, nggak pernah.. (macet, parkiran penuh, makan aja antre, dimana-mana rame). Dinner anniversary? Wahahahhaha... Mmhh, nggak pernah juga. (jawabannya : nggak perlu nunggu anniversary, kamu mau makan apa ya tinggal pergi makan aja"). Dan apa yang kulakukan? Yaaa... Lama-lama juga udah biasa. Memang masa-masa manis pacaran hanya ada di tahun pertama...

Kita temen dari SD (kata dia, soalnya aku baru inget kenal dia waktu SMP). Hahahaha. Dan dia temen yang bisa aku minta nebeng buat anterin pulang pas SMA (betul, dari jaman SMA aku udah hobi nebeng). Tapi, pas kuliah, tiba-tiba aja kita deket lagi dan pacaran.

Agak aneh, nggak tau darimana asal muasalnya, tiba-tiba kita udah menghabiskan waktu bersama hampir 4 taun. Mulai dari dia yang sering kusiksa nganterin beli cat poster, ng print tugas di tengah malem, anterin beli bahan-bahan nggak jelas, dst, dst. Sampe akhirnya waktu aku selesai sidang tugas akhir, dia lebih lebih lega dari aku (akhirnya penderitaannya berakhir). Hahahahhaha. Menjadi maharu sampai wisuda, kita sudah lewatin bareng.

I wish he would be my last. It's not easy to find a person knowing you so well. Dan yang lebih penting, dia tau caranya menjadi menyebalkan melebihiku. Yep, lebih menyebalkan daripada aku! Bayangkan seperti apaaaa menyebalkannya...

Awalnya, aku masih sering membayangkan kehidupan "married after college" alias nikah muda. Habis kuliah langsung dilamar, trus menikah dan live happily ever after deh. Tapi, kayaknya dia nggak ada minat sama sekali buat nikah muda. Padahal kan aku pengen punya anak pas masih imut dan cantik....*impian yang terkubur dalam bersama fosil*

Hingga akhirnya, sekarang ini, aku cuek aja. Aku cuman mikir kalo aku masih muda (25 tahun pun belum), dan hidup masih panjang dan berliku untuk dijalani. Cuma kadang yang bikin kecewa, dia nggak pernah sekalipun ngomong serius tentang rencana masa depannya DENGAN aku. He is only focus in him self. A little bit childish, i think.

Jadi, buat yang senasib sama aku... Congrats!!!! Kita sama-sama nggak jelas.. Hahaha. Let it flow, kalau memang jodoh nggak akan kemana, kalo memang nggak jodoh, mau dipaksa pake cara apa juga nggak bisa.

Sekarang sih aku sudah nggak terlalu mikir soal itu lagi, dia lagi sibuk sama kerjaannya di proyek, dan semakin jarang buat komunikasi (tampak lebih sibuk daripada ngantor, padahal dia kerja di proyek sendiri). Tapi, lama-lama yaaa aku terbiasa juga sih. Biasa aja jadinya. Akhirnya, aku juga cari-cari kesibukan sendiri di rumah, kadang bikin pernak-pernik nggak penting, nyobain resep-resep baru, atau nonton film. Hahahha.

Cuman, kalo pas lagi ada temen yang cerita kalo dia udah mau dilamar sama pacarnya (padahal baru pacaran beberapa bulan), rasanyaaaaa iri juga sih.. Wahahahaha. Sambil membayangkan, kapaaaaaan ya aku dilamar. Pake romantic dinner gitu *ini agak nggak mungkin sih, jadi lebih baik dibayangkan aja*
Terus, aku bandingkan juga sama temenku yang udah hampir 8 tahun pacaran (dari SMA kelas 1 sampe sekarang), juga masih nggak jelas kapan dilamarnya. *tiba-tiba langsung merasa tenang soalnya belum pacaran sampe selama itu*
 Hello boys, even you are still not ready to face your future, at least you have to explain your planning to your partner.

Masa depan kita nggak bisa menebak, mungkin kita hanya bisa membayangkan dan memimpikan. Tapi, meskipun aku bukan tipe orang yang sangat religius, aku tetep percaya "God will give you a thing better than your dream" (mel.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar