Sabtu, 09 Agustus 2014
Natasha, Larissa, atau Teta??
Alay banget pindah tempat perawatan wajah aja sampai harus curhat di blog..
Nggak begitu juga sih, aku cuman pengen curhat tentang susahnya menemukan klinik perawatan kulit yang cocok di tempat asalku, Jember.
Begini ceritanya. Setelah kuliah di Surabaya hampir 4 tahun, aku udah menemukan tempat perawatan kulit yang cocok. Nama kliniknya Belle Crown. Pernah denger? Nggak? Aku juga pertama kali tahu waktu ada di Surabaya. Klinik ini asalnya dari Malang, terus buka cabang di Surabaya dan Gresik.
Kenapa pilih Belle Crown? Alasan pertama, harganya yang terjangkau (nggak terlalu mahal banget buat mahasiswa). Yang kedua, setelah pakai bertahun tahun nggak ada efek sampingnya dan kulitku nggak kinclong secara berlebihan. Kulitku nggak jadi tipis, meskipun sebenernya kalo nggak pake wajah jadi sedikit kusam. Tapi tetap better daripada dulu waktu belum perawatan. Wahahahaha.
Nah, setelah 4 tahun berlalu. Masa kuliah sudah usai, dan aku pun kembali ke kampung (jarang ke Surabaya). Jadilah aku galau lagi soalnya obat wajahku sering habis dan malas kalau mau ke Surabaya. Akhirnya aku pun mulai browsing dan membanding bandingkan berbagai klinik kecantikan yang ada di Jember.
Nggak tau kenapa, klinik kecantikan di Jember tiba tiba sudah bertebaran di mana mana. Ada apa aja? Hah, kalian pasti kaget. Ada Natasha, LBC, Erha, Teta, Esther, Larissa, dan banyak lagi salon salon kecil dengan produk produk yang agak nggak jelas.
Setelah beberapa browsing, akhirnya aku mendapat kesimpulan seperti ini:
Natasha
Paling banyak pengunjung dan ramai di Jember. Semua orang yang keluar dari sini kulitnya jadi kinclong berlebih sampai sampai aku merasa ngeri sendiri. Jadi mikir berkali kali kalau membayangkan efek samping pasca pakai bertahun tahun.
Tapi jangan salah, kalau facial aku tetep pilih di Natasha Jember. Selain bersih, pijitnya enak, hal utamanya adalah MURAH. Bener bener murah, cuma 90 ribu. Itupun masih ada diskon 20% kalau pake debit Mandiri.
Larissa
Katanya produknya dari bahan alami dan harganya murah dibanding yang lainnya. Dan selama aku browsing, nggak ada komentar jelek tentang produk dari sini. Cuman paling keluhannya adalah produk Larissa ini nggak bisa bikin putih. Jadi, tempat ini menjadi salah satu tempat tujuanku berganti perawatan wajah.
TETA
Sebenernya udah tau tentang teta sejak di Surabaya. Dan kata anak anak kos facialnya bersih banget dan produknya juga bagus. Tempat ini juga jadi salah satu target buat wajahku.
Erha
Super duper mahal, dokter bayar berkali kali, dan obat wajahnya yang terkenal sangat keras. Apalagi ditambah dengan cerita saudara dan temen temen yang selslu bialng "kalo udah ke Erha, nggak mungkin mempan pake produk lain". Terlalu ngeri dan mahal, jadi ku urungkan aja deh.
Esther
Nggak pernah ada yang nyoba dan nggak ada yang kasih rekomendasi. Cuman ada temen yang bilang kalo facialnya mahal pake banget meskipun bersih. Kalo facial nya aja mahal, apalagi produknya? Oke, ini juga coret.
LBC
Baru aja ada di Jember. Tempatnya seperti biasa, selalu besar dan tampak bersih. Cumaaaa, aku agak nggak sreg sama tempat ini. Secara dulu pernah nyoba facial di LBC Surabaya dan nggak bersih bangeeet (meskipun emang murah sih). Dan tempat facialnya amat sangat berisik dan nggak nyaman. Jadi aku memang nggak ada niatan buat ke sini.
Nah, setelah menimbang nimbang, akhirnya hari itu aku memutuskan mau pindah ke Larissa. Udah sampai di tempatnya, aku masuk dan menuju ke resepsionis. Waktu mau minta kontrol di dokternya buat konsultasi produk yang cocok dan harus dibeli, eeeeh, si mbak resepsionis nya malah bilang "dokternya ada, tapi lagi ada pasien". Dengan tampang yang males malesan dan jawaban ala kadarnya. Terus aku bilang nunggu sebentar nggak apa buat konsultasi. Ternyata, si mbak nya malah balik jawab pake wajah nyebelin "Nggak tau dokternya sampe jam berapa." (Tanpa telepon atau repot repot masuk ke tempat dokternya). Kayaknya sih mungkin memang di Larissa ini dokternya nggak stand by di sana atau mbak nya emang nggak niat jualan produknya. Masa pelanggan baru digituin.
Atas dasar itulah akhirnya aku nggak pernah ke Larissa lagi dan nggak pernah merekomendasikannya ke temen temen juga. Akhirnya aku pun pindah ke Teta (di Jember tempatnya di salon Liz).
Tempatnya bersih meskipun terkesan kuno. Tapi yang pasti mbak mbaknya baik banget (nggak kayak di L*****). Setelah konsultasi di dokternya, akhirnya aku pun membayar produknya di resepsionisnya. Waktu pertama kali datang habisnya hanya 450an lebih dikit. Dapat cleanser, toner, sabun wajah, sunblock, sama dua macam krim malam. Harganya masih sangat reasonable untuk produk sebanyak itu menurutku.
Aku pernah coba facial di sini, memang amat sangat bersih, enak, dan lama. Tapiii harganya mahaaaal.. Yang paling murah aja udah 160ribu. Akhirnya aku beralih kr natasha lagi deh kalo facial. Hihihi.
Keluhan setelah pakai produk ini, wajahku ku jadi nggak pernah mulus. Meskipun tampak lrbih cerah, tapi selalu aja ada 1-2 jerawat yang muncul. Setelah konsultasi kali kedua, dokter nambahin obat ku, jadi sekarang ada krim buat flek sama jerawat (Sedikit sedikit menjadi mahal).
Setelah memakai banyak krim dan tidak tampak ada perubahan sama jerawat dan bekasnya (adanya malah di kulit wajah jadi kayak tumbuh bulu bulu halus yang katanya bisa jadi akibat kandungan steroid yang ada di krimnya yang dipakai buat menghambat pertumbuhan jerawat), aku jadi memikirkan buat balik ke Belle Crown aja. Soalnya selain harganya yang lebih terjangkau, kayaknya juga lebih cocok buat kulitku. Apalagi katanya juga bisa delivery order ke Jember.
Jadiiiii, kesimpulannya.. Kalo memang udah cocok sama satu produk dan nggak merasa ada efek samping yang berarti, mendingan nggak usah pindah pindah klinik deeh.. nanti malah ribet urusannya kalo nggak cocok. Hihihhi. Ciao! (mel.)
Minggu, 03 Agustus 2014
A Random Topic about My Future
It has been almost 4 years we spending time together. Me and this guy, a.k.a my boyfriend. Selama itu ngapain aja? Sejujurnya, nggak ada hal romantis, atau manja-manja an, dsb.dsb. Telponan tiap hari kayak orang pacaran? Oooh, nggak, nggak pernah. Telpon cuman ngomong "Ayo, cepet keluar, aku udah di depan" (edisi nunggu aku keluar dari kos). Chatting dari pagi sampe mau tidur? Ooo, tidak, chat seperlunya (malah kalau bisa si kayaknya kalo nggak ada perlu, nggak usah chat, a lilbit annoyed him to repply lotta messages). Kencan di malam minggu? Oooh, nggak pernah.. (macet, parkiran penuh, makan aja antre, dimana-mana rame). Dinner anniversary? Wahahahhaha... Mmhh, nggak pernah juga. (jawabannya : nggak perlu nunggu anniversary, kamu mau makan apa ya tinggal pergi makan aja"). Dan apa yang kulakukan? Yaaa... Lama-lama juga udah biasa. Memang masa-masa manis pacaran hanya ada di tahun pertama...
Kita temen dari SD (kata dia, soalnya aku baru inget kenal dia waktu SMP). Hahahaha. Dan dia temen yang bisa aku minta nebeng buat anterin pulang pas SMA (betul, dari jaman SMA aku udah hobi nebeng). Tapi, pas kuliah, tiba-tiba aja kita deket lagi dan pacaran.
Agak aneh, nggak tau darimana asal muasalnya, tiba-tiba kita udah menghabiskan waktu bersama hampir 4 taun. Mulai dari dia yang sering kusiksa nganterin beli cat poster, ng print tugas di tengah malem, anterin beli bahan-bahan nggak jelas, dst, dst. Sampe akhirnya waktu aku selesai sidang tugas akhir, dia lebih lebih lega dari aku (akhirnya penderitaannya berakhir). Hahahahhaha. Menjadi maharu sampai wisuda, kita sudah lewatin bareng.
I wish he would be my last. It's not easy to find a person knowing you so well. Dan yang lebih penting, dia tau caranya menjadi menyebalkan melebihiku. Yep, lebih menyebalkan daripada aku! Bayangkan seperti apaaaa menyebalkannya...
Awalnya, aku masih sering membayangkan kehidupan "married after college" alias nikah muda. Habis kuliah langsung dilamar, trus menikah dan live happily ever after deh. Tapi, kayaknya dia nggak ada minat sama sekali buat nikah muda. Padahal kan aku pengen punya anak pas masih imut dan cantik....*impian yang terkubur dalam bersama fosil*
Hingga akhirnya, sekarang ini, aku cuek aja. Aku cuman mikir kalo aku masih muda (25 tahun pun belum), dan hidup masih panjang dan berliku untuk dijalani. Cuma kadang yang bikin kecewa, dia nggak pernah sekalipun ngomong serius tentang rencana masa depannya DENGAN aku. He is only focus in him self. A little bit childish, i think.
Jadi, buat yang senasib sama aku... Congrats!!!! Kita sama-sama nggak jelas.. Hahaha. Let it flow, kalau memang jodoh nggak akan kemana, kalo memang nggak jodoh, mau dipaksa pake cara apa juga nggak bisa.
Sekarang sih aku sudah nggak terlalu mikir soal itu lagi, dia lagi sibuk sama kerjaannya di proyek, dan semakin jarang buat komunikasi (tampak lebih sibuk daripada ngantor, padahal dia kerja di proyek sendiri). Tapi, lama-lama yaaa aku terbiasa juga sih. Biasa aja jadinya. Akhirnya, aku juga cari-cari kesibukan sendiri di rumah, kadang bikin pernak-pernik nggak penting, nyobain resep-resep baru, atau nonton film. Hahahha.
Cuman, kalo pas lagi ada temen yang cerita kalo dia udah mau dilamar sama pacarnya (padahal baru pacaran beberapa bulan), rasanyaaaaa iri juga sih.. Wahahahaha. Sambil membayangkan, kapaaaaaan ya aku dilamar. Pake romantic dinner gitu *ini agak nggak mungkin sih, jadi lebih baik dibayangkan aja*
Terus, aku bandingkan juga sama temenku yang udah hampir 8 tahun pacaran (dari SMA kelas 1 sampe sekarang), juga masih nggak jelas kapan dilamarnya. *tiba-tiba langsung merasa tenang soalnya belum pacaran sampe selama itu*
Hello boys, even you are still not ready to face your future, at least you have to explain your planning to your partner.
Masa depan kita nggak bisa menebak, mungkin kita hanya bisa membayangkan dan memimpikan. Tapi, meskipun aku bukan tipe orang yang sangat religius, aku tetep percaya "God will give you a thing better than your dream" (mel.)
Jumat, 01 Agustus 2014
Mengejar Puncak Tengger
Yuhuuuu... Gunung tanpa effort yang berlebihan yang bisa dicapai.
Ceritanya, libur lebaran (lebih tepatnya tanggal 28 kemarin) aku menemani saudara yang lagi mudik ke Jawa. Dan jadilah kami pergi ke Bromo.
Perjalanan dari Jember ke Bromo sekitar 4 jam (naik ke Bromo dari Pasuruan). Setelah sampai di desa Tosari sekitar jam 2 siang, kami sampai di pos informasi. Pos ini menyediakan jasa buat nyariin penginapan dan jeep buat naik ke Penanjakan esok harinya.
Dengan diantar salah seorang petugas dan lihat lihat di beberapa homestay, akhirnya kami menemukan satu homestay dengan 3 kamar dan ada air panasnya (rumah dengan air panas susah didapat di sini). Harganya? 700ribu buat 3 kamar, sudah ada dapur dan ruang tamu. Padahal, kata si pemilik, kalo langsung telfon buat pesan harganya cuma 500ribu buat 3 kamar. (Wow! Cari untungnya banyak banget si makelar)
Selain kamar, kami juga pesan 2 biji jeep, secara kami pergi ber 12. Tiap jeep bisa diisi maksimal 6 orang. Harganya 650ribu buat 4 lokasi. (Harganya masih sama sejak taun lalu 》abis ngintip dari blog tetangga). Selain naik jeep, sebenernya kalo cuman pergi berdua bisa juga naik ojek, harga nya sekitar 100ribu per orang.
Jadilah sesorean itu kami main di dalam rumah, jalan jalan di sekitaran (nyari makan, gorengan, topi, dan lain lain). Jangan kuatir, ada banyak orang jualan di sepanjang jalan.
Besok paginya, jeep yang dipesan udah sampai di depan rumah jam 3 pagi. Kata sopirnya berhubung lagi ramai banget, mesti berangkat pagi biar nggak jauh jauh banget jalan dari jeep ke penanjakannya. Ternyata setelah sampai, udah banyak jeep yang parkir dan kami sudah kesiangan buat naik ke penanjakan (harus jalan 1-2 km lagi dari jeep ke penanjakan saking ramaiya). Jadilah akhirnya kami liat matahari terbitnya dari bukit Kingkong (agak sedikit di bawah Penanjakan).
Yang perlu diinget sih di sanaa duiiiingiiiiiin maksimaaaaalll. Apalagi aku nunggu si matahari lebih dari 1,5 jam di atas. Sampai di puncaknya jam 4an, mataharinya baru muncul jam setengah 6an. Perjuangan mengejar matahari yang cukup melelahkan dan mengantuk kan.
![]() |
Haii, sunshine! |
![]() |
Padang Pasir Bromo |
Tujuan berikutnya adalah padang rumput atau yang sering disebut dengan Bukit Teletubbies. Setelah dilihat berkali kali pun aku masih nggak ngerti kenapa disebut dengan bukit Teletubbies. Selesai foto foto sebentar, kami kembali ke jeep dan pergi ke tujuan akhir, yaituuuu Gunung Bromooo...
![]() |
BUKIT Teletubbies |
Dari tempat parkir jeep ke tangga untuk mencapai puncak kira kira harus jalan 2 km an. Kalo nggak mau capek, bisa naik kuda. Harga yang ditawarin sih beragam. Dari awalnya 125rb, setelah setengah perjalanan turun jadi 50rb. Dan waktu udah deket sama tangga nya jadi 20rb ajaah.. Tapi, berhubung kami semua adalah anak sehat dan kuat,kami pilih jalaan kaki dong yaa.. (alasan, padahal sih sayang uangnya).
![]() |
Kawah di puncak Bromo |
Perjalanan yang menanjak di atas pasir, ditambah pasir pasir beterbangan dan aroma pup kuda yang semerbak mewangi menemani sepanjang perjalanan menuju kawah Bromo. Kalo mau enak, bawa masker dan pake kacamata.
Sampai di bawah tangga, kami istirahat sebentar, lalu mulai menaiki tangga sambil menghitung anak tangganya (kami bener bener menghitungnya satu persatu). Dan jumlahnya 256 anak tangga. Sungguuuuh mencapekkan...
Setelah sampai di puncak sih sebenarnya nggak ada yang bisa dilihat, kami cuma foto sebentar, terus turun lagi deh.. tapi tenang aja, perjalanan pulangnya nggak seberat pas berangkat. Hihihi.
![]() |
Para pejuang terakhir dari Puncak Bromo |
Kami pun kembali ke penginapan, bebersih diri, makan, terus baliik deeh ke rumah lagi. Terakhir kali aku pergi ke Bromo pas kelas 4 SD ( udah hampir 15 tahun yang lalu) dan udah berubah banget. Jalan menuju Desa Tosari jaid bagus dan mudah dilalui. Sampai jumpa lagi di liburan yang lain! (mel.)
![]() |
ADIOS bromo! |
Langganan:
Postingan (Atom)